Pulo Aceh, Aceh Besar – Forum Konservasi Penyu Aceh pada tanggal 9-10 September 2023 melakukan Aksi Kolaborasi Pengelolaan Penyu Aceh di Pasie Lambaro Gampong Gugop Lhok Pulau Breuh Selatan Pulo Aceh, Aceh Besar. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh selaku Ketua Forum Konservasi Penyu Aceh yang diwakili oleh Abdus Syakur, S.Pi, M.Si menyatakan, awal mula terbentuknya Forum Konservasi ini adalah menindaklanjuti inisiatif yang telah dilakukan oleh Kelompok Konservasi Penyu di Masyarakat yang telah berjalan selama 10 tahun belakangan ini, maka dengan Kesepakatan Bersama lintas sektor baik di Pemerintahan, Akademisi, NGO/ LSM, Private Sektor, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat dan Kelompok Masyarakat, berdasarkan DEKLARASI PANGA pada tanggal 10 Mei 2023 sepakat membentuk Forum Konservasi Penyu Aceh. Alhamdulillah tidak lama pasca Deklarasi, pada tanggal 16 Agustus 2023 Forum ini ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur Aceh.
Abdus Syakur melanjutkan, Aksi Kolaborasi ini merupakan aksi pertama pasca keluarnya SK Gubernur Aceh. Adapun rangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada kegiatan kolaborasi ini antara lain Penandatanganan Bersama Deklarasi Aksi Pengelolaan Penyu Aceh, Coastal Clean Up di bawah koordinasi Satker BPSPL Padang Wilayah Aceh dan BPKS Sabang, Underwater Clean Up di bawah koordinasi Samudera Diving Club DKP Aceh dan Ocean Diving Club Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, penanaman vegetasi pepohonan Pantai dibawah koordinasi BPDAS Krueng Aceh dan DLHK Aceh serta Pelepasan 98 ekor Tukik dibawah Koordinasi Lembaga Ekowisata Pulo Aceh dan BKSDA Aceh.
Kepala BKSDA Aceh, Gunawan Alza selaku Sekretaris Forum Konservasi Penyu Aceh, pada kegiatan ini menyatakan, pengelolaan Konservasi Penyu ini tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri oleh masing-masing stakeholder, kita butuh kolaborasi Bersama, baik dari Pemerintahan, Akademisi, NGO/ LSM, Private Sektor, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat dan Kelompok Masyarakat. Alhamdulillah, ini merupakan model pertama di Indonesia dalam pengelolaan penyu, di mana bergabungnya UPT-UPT di 2 Kementerian, baik dari Kementerian Kelautan dan Perikanan serta dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam Forum ini. Selain itu juga terlibat dari Pemerintah Aceh dan pemangku kepentingan lainnya di pesisir Aceh. Mudah-mudahan Forum ini dapat menyamakan persepsi dan visi misi bersama dalam keberlanjutan populasi spesies penyu di Aceh.
Buwaizi mewakili Masyarakat Pulo Aceh dan juga Sekdes Gampong Gugop, menyatakan Kelompok Konservasi Penyu sudah dibentuk di Pulo Aceh pada tahun 2017 dengan nama Lembaga Ekowisata Pulo Aceh (LEPA). Ini merupakan tahun kelima LEPA melakukan kegiatan Konservasi Penyu. Alhamdulillah di awal musim peneluran tahun 2023-2024 ini telah menangkarkan 2 sarang penyu dengan total telur 200 butir. Dan tukik yang kita lepaskan pada sore ini merupakan sarang pertama yang menetas dengan jumlah tukik yang menetas sebanyak 98 tukik dengan jenis penyu lekang. Buwaizi melanjutkan, sebagai bentuk dukungan dari Gampong-Gampong di Pulau Breuh dalam pengembangan wisata, sekarang sudah di sepakati peraturan terhadap ternak, dan alhamdulilah sekarang sudah tidak ada lagi ternak yang lepas liar dan membuang kotoran sembarangan. Dan ini merupakan bentuk aksi-aksi dari Masyarakat selain program Konservasi Penyu ini. Maka dengan kita focus terhadap pengembangan wisata di Pulo Aceh, maka penyu ini menjadi salah satu icon selain mercusuar William Torent. Dan wisata merupakan salah satu alternatif ekonomi ke depan di Pulo Aceh selain sektor perikanan.
Maya Safira, Direktur Promosi dan Kerjasama BPKS Sabang yang merupakan salah satu mitra kerja Forum Konservasi Penyu di Pulo Aceh menyatakan, BPKS Sabang sangat mendukung program ini. BPKS mempunyai program prioritas untuk pengembangan wisata di Pulo Aceh. Sebagai wujud awal, kami telah membuat 10 kamar penginapan di Kantor BPKS UPT Pulo Aceh di Lampuyang. Kamar penginapan tersebut kami beri nama dari salah satu jenis penyu, yaitu penginapan BELIMBING. Mudah-mudahan kita terus bisa bersinergi ke depan dalam pengembangan wisata di Pulo Aceh. Selain itu, pada kegiatan hari ini, kami juga berkonstribusi untuk kegiatan Coastal Clean Bersama anak-anak SD di Pulau Breuh.
Kris Handoko, selaku Satker BPSPL Padang wilayah Aceh, Kami juga berkomitmen mendukung Forum ini. Alhamdulillah pada kegiatan hari ini kami menyerahkan 5 paket tong sampah kepada LEPA untuk sarana pendukung kebersihan di Kawasan Konservasi Penyu Pasie Lambaro Gampong Gugop Pulo Aceh. Selain itu, kami juga ikut mengkoordinir kegiatan Caostal Clean Up sebagai jabaran dari Program Bulan Cinta Laut (BCL).
BPDAS Krueng Aceh juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini dengan bantuan bibit dengan jenis cemara laut dan Ketapang. Bibit ini merupakan bantuan untuk ditanami di Kawasan Konservasi Penyu Pasie Lambaro supaya vegetasi Pantai di Kawasan tersebut semakin hijau dan juga sebagai benteng untuk penahan angin ke pemukiman penduduk. Kegiatan penanaman pohon ini dikordinasikan bersama dengan DLHK Aceh selaku Wakil Ketua dalam Forum Konservasi Penyu Aceh.
Selain Coastal Clean Up, juga dilaksanakan kegiatan Underwater Clean Up. Kegiatan pembersihan bawah laut ini di lakukan oleh Tim Diving Samudera Diving Club DKP Aceh, Ocean Diving Club Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala dan Tim Diving Lembaga Ekowisata Pulo Aceh.
Pada kegiatan Kolaborasi ini, juga diadakan Bincang Kelautan dan Perikanan dengan narasumber dari DKP Aceh, BKSDA Aceh, DLHK Aceh, BPDAS Krueng Aceh, Satker BPSPL Padang Wilayah Aceh, Akademisi dari Fakultas MIPA USK, Fakultas FKP USK dan dari Fakultas Perikanan Unaya. Kegiatan ini juga di dukung oleh Politeknik AUP Ladong. Pada kegiatan ini juga di barengi dengan Patroli Pengawasan dari Pangkalan PSDKP Lampulo.[]
Sumber : https://dkp.acehprov.go.id/